MAKALAH ILMU KALAM Ismail Raji Al-Faruqi
MAKALAH ILMU KALAM
Ismail Raji Al-Faruqi
Disusun guna
memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Ilmu kalam,
oleh :
Cahyaningsih Utami
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan Makalah Ilmu Kalam yang berisi biografi, serta
pemikiran-pemikiran ilmu kalam Ismail Raji Al-Faruqi ini dapat diselesaikan dengan harapan dapat
memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Selama
penulisan makalah ini penulis merasa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
yang sangat berharga mengenai ilmu kalam pada saat ini (zaman modern) khususnya
pada pemikiran ilmu kalam Ismail Raji Al-Faruqi. Sejumlah referensi guna
mempertajam pembahasan hasil penulisan makalah ini disusun atas saran petunjuk
para pembimbing, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Tuhan mencatatnya sebagai amal
baik, aamiin.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini dimasa yang akan datang.
Purwokerto,
7 Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah yang dihadapi umat Islam
adalah terjadinya dikotomi pendidikan Islam dengan pengetahuan modem yang berasal dari Barat. Barat telah mengklaim bahwa pendidikan Barat
adalah pendidikan yang maju punya solusi yang membawa cita-cita ke depan. Banyak sarjana-sarjana muslim yang belajar di Barattidakmemiliki otonomi
keilmuan tersendiri karena tidak diberi oleh Barat dalamkonteks mandiri.
Sarjana-sarjana itu hanya dapat berbuat hasil-hasil jiplakan dari para ahli Barat.
Hal ini disebabkan kekhawatiran mereka akan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan
ke dunia Islam. Setelah tasawuf dan tariqat
memasuki dunia Islam seolah-olah pintu ijtihad sudah tertutup,pendidikan Islam
tidak menerima inovasi, arahan dari kurikulum pendidikan yang bersifat
tradisional mengacu hanya pada hal-hal yang bersifat syari'ah, seolah-olah
pengatahuan eksak seperti astronomi, fisika, kimia kedokterandan lain-lain
sebagainya yang telah dipunyai dunia Islam zaman klasik terabaikan. Hal ini disebabkan tradisi kebudayaan Islam
di dalam kurikulum pendidikan tidak lagi dijadikan mata kuliah wajib di
perguruan tinggi di madrasah-madrasahsedangkan tradisi Barat di ajarkan dengan
konsisten dan penuh keseriusanmerupakan bagian dari program inti yang
diwajibkan, hal inilah yang mendorong AIFaruqi mengetengahkan ide Islamisasi
ilmu pengetahuan. Bagaimana kiprah
Al-Faruqi mengemukakan konsep-konsepnya dalam dunia kontemporer. ltulah yang
akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Untuk memperjelas kajian pustaka kami mengenai tema makalah yang akan
kami bahas, kami mengajukan rumusan masalah sebagai berikut,
1.
Bagaimana riwayat hidup Ismail Raji Al-Faruqi?
2.
Bagaimana pandangan atau pemikiran Ilmu Kalam Ismail
Raji Al-Faruqi?
3.
Apa saja kontribusi Ismail Raji Al-Faruqi terhadap
perkembangan islam?
4.
Bagaimana pandangan Ismail Raji Al-Faruqi terhadap
zionisme?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Ilmu
Kalam,
2.
Untuk mengetahui riwayat hidup Ismail Raji Al-Faruqi,
3.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang
pemikiran-pemikiran ilmu kalam, kontribusi, serta pandangan Ismail Raji
Al-Faruqi tentang Zionisme.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Riwayat Hidup Ismail Raji Al-Faruqi
Ismail Raji Al-Faruqi lahir pada
tanggal 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina.
Beliau memulai pendidikan dasarnya di madrasah, lalu pendidikan menengah
di College des Ferres St. Joseph, dengan
bahasa pengantar Perancis.[1]
Pada tahun 1941, ia melanjutkan pendidikan di American University, Beirut.
Gelar sarjana mudanyadalam bidang filsafat ia peroleh dari universitas tesebut
pada usia 20 tahun, kemudian ia menjadi pegawai pemerintah Palestina dibawah mandat
Inggris selama empat tahun dan bahkan sempat menjabat sebagai gubemur di daerah
Galilea yangkemudian jatuh ketangan Inggris pada tahun 1947. Pada tahun
berikutnya Al-Faruqi memutuskan untuk berhijrah ke Amerika Serikat.
Disana iamelanjutkan studinya yang sempat terhenti. Kemudian ia melanjutkan studinya di Indiana
University pada tahun 1948 , hingga mencapai gelar Master dalam bidang
filsafat. Dua tahun berikutnya ia kembali
memperoleh gelar master di Harvard University, juga dalambidang falsafat.
Untukmemperdalam keislaman, empat tahunberikutnya ia menimba ilmu di Al-Azhar University,
Kairo Mesir. Selama beberapa tahun
kemudian ia menjadi Profesor tamu untuk studi keislaman di McGill University
(1958-1961) dan di Pana Central institute of Islamic Research, Karachi, sebagai
tamu untuk studi ilmsejarah dan ilmu agama di the University of Chicago,
sebagai Rektor kepala llmu agama pada SaracusUniversity (1964-1968).Pada
masahayatnya, Al-Faruqi pernah memegang jabatan penting dalam kapasitasnya
sebagai ilmuan. Diantaranya adalah kepala
studi keislaman di Temple University,
AS. Direktur Institut Islam diUniversity Chicago; Direktur Institut
Intemasional, pemikir Islam di Washington, dan presiden Institute studi
Lanjutan di Washington.
Semangat kritik ilmiahnya dan kecakapan
dalam bidang keilmuan membuat Al-Faruqi mengemukakan ide perlunya mengislamkan
ilmu-ilmu sosial kontemporer. Untuk
mencapai tujuan ini ia mendirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The Assosiation
of muslim Social Scientists). Ia menjadi
presiden yang pertama pada tahun 1972 hingga 1978. Al-Faruqi juga berperan penting dalam
pembentukan lembaga Internaional (The Intemasional Institute if Islamic
Thought). Kedua lembaga tersebut secara bersama-sama
menerbitkan jurnal American Journal of Islamic Social Sciences. Tetapi sangat disayangkan aktifitas Al-Faruqi
dan kepiawaiannya harus berakhir dengan peristiwa yang sangat tragis, ia
meningggal dunia pada tahun 1986 [2]bersama
istrinya Lamiya Al-Faruqi dalam peristiwa pembunuhan secara brutal olehorang
yang tak dikenal, di rumahmereka Wyncote, Philadelphia. Misteripembunuhan itu
berkaitan erat dengankecamannya terhadap zionisme Israel sertadukungannya
kepada rakyatPalestina yang merupakan tanah airnya. Di lain pihakada kelompok
menilaibahwa kematian Al-Faruqi adalah salah satu korban dari teori19, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kahlifah
antara lain menulis:"Ismail AI-Faruqi Ii telah mencurahkan hidupnya
untuk melawan Tuhan, Nabi Allah Muhammad SAW dan mukjizat Tuhan yang datang
pada kita melalui Muhammad, setelah sepuluh tahun menolak untuk menyokong
kebenaran dan mendukung "mukjizat matematika" AI-Qur'an akhirnya
AlFaruqi menerima hukum dan balasannya,
ini keputusan Tuhan bukan keputusan kita, di hari kemudian nanti dia
akan menerima hukuman yang jauh lebih butut dan abadi” Tampaknya, apa
yang dikemukakan oleh kelompok 19 ini hanyalah suatu sikap yang bernada
emosional belaka, karena berkenaan dengan penolakan Al-Faruqi terhadap ide yang
mereka kemukakan.[3]
2.
Pandanga Ilmu kalam Ismail Raji Al-Faruqi
Pemikiran kalam Al-Faruqi dapat kita
ketahui melalui karyanya yang berjudul, Tawhid: Its Implementations for
Thought and Life. Sesuai dengan
judulnya, buku ini membahas hakikat Tauhid secara mendalam. Berikut penjelasan Al-Faruqi mengenai Tauhid,
a.
Tauhid sebagai inti pengalaman agama
Kalimat syahadat
menempati posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap
muslim. Inti pengalaman agama adalah
Tuhan, kehadiran tuhan mengisi kesadaran muslim dalam setiap waktu, Tuhan benar-benar
merupakan obsesi yang agung[4]. Esensi pengalaman agama dalam islam adalah
realisasi atau pembuktian prinsip bahwa hidup, dan kehidupan ini tidaklan
sia-sia.
b.
Tauhid sebagai pandangan dunia
Tauhid merupakan
pandangan umim tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu, sejarah
manusia, dan taqdir.
c.
Tauhid sebagai intisari Islam
Esensi peradaban islam
adalah Tauhid, esensi islam adalah tauhid, tidak ada satu perintahpun dalam
islam yang dapat dilepaskan dari Tauhid.
d.
Tauhid sebagai prinsip sejarah
Tauhid menempatkan
manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu etika ketika
keberhargaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang
dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu.
e.
Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
Iman dalam islam adalah
kebenaran yang diberikan dalam pikiran, bukan pada perasaan manusia yang mudah
mempercayai apa saja. Kebenaran iman
bukanlah misteri, hal yang sulit dipahami dan tidak dapat diketahui dan tidak
masuk akal, melainkan bersifat kritis dan rasional.
f.
Tauhid sebagai prinsip metafisika
Dalam islam, alam adalah
ciptaan dan anugrah. Sebagai ciptaan, ia
bersifat teleologis, sempurna, dan teratur.
Sebagai anugrah, ia merupakan kebaikan yang tak mengandung dosa yang
disediakan untuk manusia.
g.
Tauhid sebagai prinsip etika
Dalam islam, etika tidak
dapat dipisahkan dari agama dan bahkan dibangun di atasnya.
h.
Tauhid sebagai prinsip tata sosial
Tidak ada perbedaan
antara masyarakat satu dengan lainnya.
Masyarakat islam adalah masyarakat yang terbuka dan setiap manusia boleh
bergabung dengannya baik sebagai anggota tetap maupun sebagai yang
dulindungi. Masyarakat islam harus mampu
mengambangkan dirinya untuk seluruh umat manusia.
i.
Tauhid sebagai prinsip ummah
Penjelasan Al-Faruqi
tentang Ummah Tauhidi dengan empat identitas,
·
Menentang Etnosentrisme, maksudnya, tata sosial islam
adalah universal, mencakup seluruh umat manusia, bukan milik segelintir etnis.
·
Universalisme, maksudnya islam bersifat universal
yaitu islam mencakup seluruh ummat manusia, cita-cita komunitas universal
adalah cita-cita islam yang diungkapkan dalam ummah dunia.
·
Totalisme, maksudnya islam relevan terhadap setiap
bidang kehidupan dan kegiatan hidup manusia.
·
Kemerdekaan, maksudnya, tata sosial islam adalah
kemerdekaan yaitu jika islam dibangun dengan kekerasan atau dengan jalan
memaksa rakyat, maka islam akan kehilangan sifatnya yang khas.
j.
Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al-Faruqi memandang,
selama islam tetap melestarikan identitas mereka dari Komunisme dan
Ideologi-ideologi Barat, islam akan tetap selamat dan menempati kedudukannya
yang terhormat. Karena, keluarga islam
memili peluang lebih besar untuk tetap
lestari sebab ditopang oleh hukum islam dan determinisi oleh hubungan erat dan
tauhid.
k.
Tauhid sebagai prinsip tata politik
Al-Faruqi mengaitkan tata
politik tauhidi dengan kehalifahan yang didefinisikan sebagai kesepakatan tiga
dimensi, yaitu kesepakatan wawasan (ijma’ Ar-Ru’yah), kehendak (ijma’
Al-Iradah), dan tindakan (ijma’ Al-Amal).
l.
Tauhid sebagai prinsip tata ekonomi
Dua premis utama
implikasi Islam untuk tata ekonomi yaitu, yang pertama bahwa tak ada seorangpun
atau kelompok yang boleh memeras yang lain. Dan yang kedua yaitu tak satu
kelompokpun boleh mengasingkan diri dari umat manusia dengan tujuan untuk
membatasi kondisi ekonomi mereka pada diri mereka sendiri.
m.
Tauhid sebagai prinsip estetika
Islam memberkati
keindahan, islam menganggap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan
dan kehendak-Nya yang diwahyukan dalam firman-firman Nya.
3.
Kontribusi Ismail Raji Al-Faruqi terhadap perkembangan
pemikiran kalam Islam
Diantara kontribusi terbesar
Al-Faruqi adalah kepeloporanya memperkenalkan studi-studi islam di Universitas
AS. Sayyed Hussein Nasr, sarjana muslim yang juga mengajar di berbagai
Universitas di AS, menyebutnya sebagai “Sarjana muslim pertama yang
mendedikasikan sepanjang hidupnya pada studi-studi islam di AS dan menjadikan
AS sebagai kediaman akhirnya”.
Faruqi juga sangat berjasa dalam
memperkenalan islam kepada masyarakat amerika tentang hakikat islam yang
sebelumnya dikecam sebagai agama yang buruk, disamping itu ia aktif menhadiri
berbagai pertemuan sekitar studi agama yang ada, bahkan ia sempat membentuk
kelompok kajian islam “American Academy of Religion”
Al.-Faruqi adalah ilmuan yang
produktif. Ia berhasil menulis lebih dua puluh buku dan seratus artikel.
Diantara bukunya yang terpenting adalah: Tauhid :its Imlications for Thought
and file (1982). Buku ini mengupas tentang tauhid secara lengkap. Tauhid
tidak hanya dipandang sebagai ungkapan lisan bahkan lebih dari itu, tauhid
dikaitkan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu segi politik,
sosial, dan budaya. Dari inilah kita dapat melihat titik tolak pemikiran Al-
Faruqi yang berplikasi pada pemikirannya dalam bidang-bidang lain.
Dalam buku Islamization of
Knowledge: General Principle and Workplan (1982), walaupun ukurannya sangat
sederhana, namun menampilkan pikiran yang cemerlang dan kaya, serta patut
dijadikan rujukan penting dalam masalah Islamisasi ilmu pengetahuan, didalamnya
terangkum langkah-langkah apa yang harus ditempuh dalam proses islamisasi
tersebut. Karyanya yang berhubungan dengan ilmu perbandingan agama cukup
banyak, hal ini dapat dimaklumi karena ia sendiri adalah orang yang ahli dalam
perbandingan agama.
Walaupun ia diargumentasikan tak
cukup "sukses" sebagai ahli perbandingan agama. Berbagai karya dalam
bidang ini menunjukkan ia kelewat "terbakar" oleh Islam untuk
mengapresiasikan agama-agama lain. Ia lebih mengambil posisi sebagai pendebat
dan missionaris teguh yang membela dan mendakwakan Islam . Bukunya yang secara
khusus membahas perbandingan agama adalah Cristian Ethics, Triolouge of
Abraham Faits pada buku ini terdapat tiga topik utama: Tiga agama saling
memandang. Konsep tiga agama tentang negara dan bangsa, konsep tiga agam
tentang keadilan dan perdamaian, masing-masing penyumbang dari Yahudi, Kristen
dan Islam menawarkan prespektif yang jelas mengenai pokok persoalan berdasarkan
tiga topik utama tersebut. Buku ini merupakan sebuah langkah baru perbandingan
agama yang dapat membuka jalan bagi pemikiran an diskusi masa depan, serta buku
Historical Atlas of the Region of the World. Dan karyanya yang dianggap monumental adalah Cultural
Atlas Islam, karya ini ditulis bersama istrinya, Louis lamiya AI-Faruqi,
dan diterbitkan tak lama setelah keduanya meninggal.
Tulisan-tulisannya yang lain seperti The
Life of Muhammad (Philadelphia: Temple University Press, 1973); Urubah and
Relegion (Amsterdam: Djambatan, 1961); Particularisme in the Old Testament nd
Contemporary Sect in Judaism (Cairo: League of arabe States, 1963); The Great
Asian Religion (New York: Macmillen,1969) (AI-Faruqi, 1975:XI), serta
banyak lagi artikel dan makalah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
4.
Pandangan Ismail Raji Al-Faruqi tentang Zionisme
Dalam menanggapi politik yang
dilancarkan kaum zioms Al-Faruqi terlihat agak keras mengecam, ia membela kaum
mujahid Palestina untuk membebaskan diri dari tekanan yang dilakukan kaum
zionis. Dan kecaman Faruqi amat keras. Dalam sebuah artikel di New York Times,
misalnya ia menulis "Ketidak adilan zionisme begitu kompleks, begitu
berlipat ganda dan begitu mengerikan, hingga praktis tidak ada cara lain untuk
mengehentikannya selain lewat kekerasan perang, yang tentara-tentara negara dan
seluruh lembaga politik zionis harus dihancurkan”[5]
Menurut AI-Faruqi, Islam tidak
menentang terhadap Yahudisme dan menganggapnya sebagai agama Tuhan, sebaiknya
Islam menentang zionisme, politik dan perilaku zionisme.[6] Karena kejahatannya terhadap orang-orang Palestina
pria dan wanita, terhdap eksistensi resmi bangsa palestina, terhadap
orang-orang Arab dan negeri-negeri di sekitarnya maupun ummat. Umat itu
menurutnya Israel, negara zionis akan dibongkar dengan kekerasan bila perlu,
pelembagaan negara komunis merupakan kejahatan positif, dan demikian pula semua
bahan pertimbangannya.
Al-Faruqi juga menentang gerakan
sayap kanan dan fundamentalisme Yahudi yang memanfaatkan idiologi zionis
tesebut. Termasuk tokoh-tokohnya yang memanfaatkan peristiwa holocaust (pembantaian
warga yahudi oleh Nazi pada perang dunia kedua) sebagai pembenaran untuk
kedudukan mereka atas Palestina.
Bagi AI-Faruqi hal tersebut
menandakan sensitifnya mereka terhadap penderitaan warga Palestina yang
terusir, menurutnya pengalaman warga Yahudi di Eropa, zionisme, berdirinya
Israel dan penderitaan Palestina harus dipisahkan. Pertama, masalah Yahudi di
Eropa sebelum Holocaust adalah masalah eksekutif Eropa dan kristen. Karenanya
masalah itu harus dipahami dalam latar belakang religius, sosial, historis
Eropa abad pertengahan atau modern. Kedua, dalam konteks yang sama zionisme
dibentuk di Eropa sebagai hasil dari kondisi-kondisi khusus yang dihdapi warga
Yahudi pada abad ke 19 dan awal abad ke-20. Ketiga, Israel adalah sebuah bentuk
koionialisme Barat yang unik dan
ageresif di dunia Islam. Keempat, selain hanya membahayakan masyarakat
Palestina saja, keberadaan negara pencaplok-kolonial seperti Israel adalah
ancaman nyata terhadap keamanan masyarakat Arab dan warga Muslim secara
keseluruhan. Maka dalam mengahadapi masalah Yahudi, Islam menawarkan suatu
pemecahan yang lengkap, yang telah menimpa orang Yahudi dan barat selama dua ribu
tahun. Pemecahanya adalah agar kepada
bangsa Yahudi di seluruh dunia diberikan hak untuk bemukim di mana saja mereka
kehendaki, sebagai warga negara bebas dari negara pilihanya.[7]
Walaupun AI-Faruqi prihatin terhadap
nasib Palestina, tetapi pada saat yang sama kepeduliannya akan nasib Palestina
diletakkan pada kerangka Islam. Ia tegas menolak nasionalisme sempit Palestina
"mengenai rakyat Palestina"menurut mereka sudah terhapus dari
sejarah. Sejarah tidak mempunyai tempat bagi kepedulian-kepedulian yang
sifatnya kelompok. Sebagai pionir sebuah gerakan Qur'ani di dunia Arab. Air mata dan darah mereka akan menggerakkan
langit untuk menunjuk jalan mereka. ltulah ide-idenya untuk mengatasi masalah
Palestina yang merupakan negaranya, nampaknya apa yang dikemukakannya
memperlihatkan betapa luas wawasannya dalam menghadapi suatu masalah sehingga
tidak terkesan
Sempit.
BAB III
PENUTUP
Al- Faruqi adalah seorang tokoh yang sangat bersahaja dalam perkembangan
pemikiran islam kontemporer.
Gagasan-gagasan beliau sangat brilian dalam rangka memecahkan persoalan
yang dihadapi umat islam.
Kebesarannya yang langsung berhadapan dengan barat membuat Al-Faruqi
mengamati sendiri tekanan-tekanan barat terhadap dunia Islam dan hal ini
memunculkan ide-ide untuk menghadapi serangan-serangan tersebut. Idenya tidak
terlepas dari konsep tauhid, karena tauhid adalah
esensi Islam yang mencakupseluruh aktifitas manusia.
Begitu pula idenya tentang Islamisasi, tidak terlepasa dari pro dan
kontra dantelah membawanya pada puncak ketenaran di dunia. Gagasannya tetap
mejadi pandangan umat Islam pada abad ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rozak,
Prof. Dr. Abdul dan Prof. Dr.
Rosihon Anwar, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN,PTAIS, Pustaka Setia,
Bandung, 2001.
[2]
Panjiman, No.504 Edisi MEI 1986. Dari Makalah Dra.Hj.RAHIMAH MA.g Program Studi
Bahasa Arab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara halaman 1.
[3]
Panjiman, No.504 Edisi MEI 1986. Dari Makalah Dra.Hj.RAHIMAH MA.g Program Studi
Bahasa Arab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara halaman 3.
[4]
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid terj. Rahmani Astuti, Pustaka, 1998, hlm
1. (dalam buku Ilmu kalam, Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag, Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, halaman230)
[5]
Ummat dalam rubrik “rampai” No.25 tahun 1996, hlm.56, Dari Makalah Dra.Hj.RAHIMAH
MA.g Program Studi Bahasa Arab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara halaman 15
[6]
J.L Esposito, “Ismailo R.Al-Faruqi: Muslim Scholar activist’ dalam Yvonne
Y.Hadda
(Ad). The of america. New York: Oxford 1991, hlm.333, Dari
Makalah Dra.Hj.RAHIMAH MA.g Program Studi Bahasa Arab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara halaman 15
[7]
Ibid, hlm.336 , Dari Makalah Dra.Hj.RAHIMAH MA.g Program Studi Bahasa Arab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara halaman 15
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment