MAKALAH FILSAFAT ILMU ONTOLOGI HAKIKAT ILMU
MAKALAH FILSAFAT ILMU
ONTOLOGI HAKIKAT ILMU
Disusun oleh :
1.
Cahyaningsih Utami 1423301005
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan Makalah yang berjudul Ontologi Hakikat Ilmu ini dapat diselesaikan dengan harapan dapat
memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Selama
penulisan makalah ini penulis merasa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
yang sangat berharga mengenai Filsafat khususnya seputar Ontologi Hakikat Ilmu.
Sejumlah referensi guna mempertajam pembahasan hasil penulisan makalah ini
disusun atas saran petunjuk para pembimbing, penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Tuhan
mencatatnya sebagai amal baik, aamiin.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini dimasa yang akan datang.
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Ontologi
merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan
kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembicaraan
mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada.
Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya bukan kenyataan sementara atau
berubah-ubah.
Secara
ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Ontologi
juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan
batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa
wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah).
Sedangkan
Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada
secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan akal dengan benda,
hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman
ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, seperti Monoisme,
dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan agnotisime.
b.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dan bidang kajian Ontologi?
2.
Apa saja
macam-macam Aliran-aliran Ontologi?
3.
Apa yang
menjadi Aspek dan manfaat Ontologi?
c.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian dan bidang kajian Ontologi
2. Menjelaskan
Aliran-aliran Ontologi
3. Menerangkan
Aspek dan Manfaat Ontologi Ilmu
BAB II
ONTOLOGI /
METAFISIKA UMUM
1. Pengertian
Ontologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan mengalami dinamika
dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan ilmu-ilmu yang lain,
yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi suatu disiplin ilmu telah
melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian itu ialah teori hakikat
(ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori nilai (aksiologi).
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa”
yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan
ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being,
dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua Being
(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi membahas apa
yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan
lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa:
- Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada,
dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat yang ada.
- Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan Kenyataan yg asas, baik yang berbentuk jasmani / konkret,
maupun rohani / abstrak.
2. Bidang
Kajian Ontologi
Ontologi
pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M yang menamai
teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya, Christian Wolff (1679 – 1754 M) membagi metafisika menjadi
dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan
sebagai istilah lain dari ontologi. Sedang
metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi. Objek kajian
ontologi adalah hakikat seluruh kenyataan. Yang nantinya, objek ini melahirkan
pandangan-pandangan (point of view) / aliran-aliran pemikiran dalam
kajian ontologi antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme,
Nihilisme, dan Agnotisisme.
3.
Aliran-aliran
Ontologi
A. Monoisme
Paham ini
menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja,
tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Paham ini
kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1). Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber
yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM).
Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan.
Aliran ini sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa
/ruh tidak berdiri sendiri. Anaximander (585-525
SM). Dia berpendapat bahwa unsur
asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala
kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori
Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut
unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang
terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom. Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan
atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom
inilah yang merupkan asal kejadian alam.
2). Idealisme
Idealisme diambil dari
kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini menganggap
bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran
ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang
fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya
sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan
pernah membawa orang pada kebenaran sejati.
Dalam perkembangannya,
aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya.
Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal
dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa
bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu,
menjadi dasar wujud sesuatu.
B. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda
terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan
hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu
masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan
keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak
filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran
(rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours
de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641).
Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito
Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes,
ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz
(1646-1716 M).
C. Pluralisme
Paham
ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih jauh
lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh
aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur,
yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh
modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai
seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada
kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri
sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya
dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.
D. Nihilisme
Nihilisme
berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin
tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias
(483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama,
tidak ada sesuatupun yang eksis, Kedua,
bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui,
Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat
kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh
modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia dan
Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), dengan pendapatnya bahwa dunia terbuka untuk
kebebasan dan kreativitas manusia. Ia dilahirkan di Rocken di Prusia dari
keluarga pendeta.
E. Agnotisisme
Paham
ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik
hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos
yang berarti unknown. A artinya not, Gno artinya know.
Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
seperti Filsafat Eksistensinya Soren Kierkegaar (1813-1855 M),
yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme yang
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum,
tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat
dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin
Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah
manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh
lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia
selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada),
melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham
pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda,
baik materi maupun ruhani.
4.
ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam
kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah
oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada
hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi
ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
a.
Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b.
Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara
teratur dalam suatu keseluruhan
c.
Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh
mengandung uraian yang bertentangan
d.
Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang
benar (logis)
e.
Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu
sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan
(holistik)
f.
Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g.
Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum
yang berlaku di mana saja.
Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b. Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya
kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c. Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling
bertautan dan tidak bertentangan
d. Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan
logis
e. Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara
multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f.
Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma
Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja.
5. MANFAAT MEMPELAJARI
ONTOLOGI
Ontologi
yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di
antaranya sebagai berikut:
- Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
- Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
Bisa
mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun
masalah, baik itu sains hingga etika.
BAB 3
PENUTUP
a.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa ontologi merupakan salah
satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Ontologi
berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat tentang segala
sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang
fatamorgana).
Dalam
ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu monoisme,
dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah paham yang
menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal sesuatu itu
bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh). Dualisme adalah
aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua hakikat (hakikat
materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme
adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme
adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme
adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui
hakikat benda.
Jadi, dapat
disimpulakan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang
sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat
tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, dualisme,
pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme dengan berbagai nuansanya, merupakan
paham ontologi yang pada akhirnya menentukan pendapat dan kenyakinan kita
masing-masing tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. ( what’s
being )
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment