Albert Einstein Quotes

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value.

Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning.

You have to learn the rules of the game. And then you have to play better than anyone else.

The true sign of intelligence is not knowledge but imagination.

When you are courting a nice girl an hour seems like a second. When you sit on a red-hot cinder a second seems like an hour. That's relativity.

Look deep into nature, and then you will understand everything better.

The difference between stupidity and genius is that genius has its limits.

We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them.


It has become appallingly obvious that our technology has exceeded our humanity.

Peace cannot be kept by force; it can only be achieved by understanding.

Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different results.

Education is what remains after one has forgotten what one has learned in school.

The only source of knowledge is experience.

A person who never made a mistake never tried anything new.

Only two things are infinite, the universe and human stupidity, and I'm not sure about the former.

Strive not to be a success, but rather to be of value.

It is the supreme art of the teacher to awaken joy in creative expression and knowledge.

In matters of truth and justice, there is no difference between large and small problems, for issues concerning the treatment of people are all the same.



Weakness of attitude becomes weakness of character.
Do not worry about your difficulties in Mathematics. I can assure you mine are still greater.


The only reason for time is so that everything doesn't happen at once.


In matters of truth and justice, there is no difference between large and small problems, for issues concerning the treatment of people are all the same.


Only a life lived for others is a life worthwhile.

Most people say that it is the intellect which makes a great scientist. They are wrong: it is character.

Any man who reads too much and uses his own brain too little falls into lazy habits of thinking.

All that is valuable in human society depends upon the opportunity for development accorded the individual.
Pure mathematics is, in its way, the poetry of logical ideas.

If people are good only because they fear punishment, and hope for reward, then we are a sorry lot indeed.

Gravitation is not responsible for people falling in love.


Any man who can drive safely while kissing a pretty girl is simply not giving the kiss the attention it deserves.

Reality is merely an illusion, albeit a very persistent one.


Read more at http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/a/alberteins100298.html#vBIBgw6CgBGpKgl1.99


PERMAINAN DADU [ Dosa yang Dianggap Biasa _Muhammad Shalih Al-Munajjid ]

PERMAINAN DADU

Banyak permainan terkenal digemari orang yang mengandung perkara yang diharamkan syariat. Di antaranya permainan dadu yang mengilhami munculnya berbagai macam permainan seperti rolet dan yang sejenisnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memperingatkan permainan yang merupakan pintu kepada perjudian tersebut dalam sabdanya:

“barangsiapa bermain dadu, maka ia seakan mencelupkan tangannya ke dalam daging babi dan darah babi” ( HR Muslim :4/1770)

Dalam hadits marfu’ Abu Musa Asy’ari meriwayatkan :

“barangsiapa bermain dadu maka ia telah berbuat maksiat kepada Allah dan RasulNya” ( HR Al Bukhari : 10/465)
         
------------------------    

MAKALAH FILSAFAT ILMU ONTOLOGI HAKIKAT ILMU



MAKALAH FILSAFAT ILMU
ONTOLOGI HAKIKAT ILMU

http://stainpurwokerto.ac.id/stain6/wp-content/uploads/2013/03/LOG-STAIN.jpg

Disusun oleh :
1.     Cahyaningsih Utami          1423301005

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2014
KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Makalah yang berjudul Ontologi Hakikat Ilmu  ini dapat diselesaikan dengan harapan dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas.
            Selama penulisan makalah ini penulis merasa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga mengenai Filsafat khususnya seputar Ontologi Hakikat Ilmu. Sejumlah referensi guna mempertajam pembahasan hasil penulisan makalah ini disusun atas saran petunjuk para pembimbing, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Tuhan mencatatnya sebagai amal baik, aamiin.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini dimasa yang akan datang.










BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti ThalesPlato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan  kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya bukan kenyataan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah).
Sedangkan Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, seperti Monoisme, dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan agnotisime.

b.      Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan bidang kajian Ontologi?
2.      Apa saja macam-macam Aliran-aliran Ontologi?
3.      Apa yang menjadi Aspek dan manfaat Ontologi?

c.       Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian dan bidang kajian Ontologi
2.      Menjelaskan Aliran-aliran Ontologi
3.      Menerangkan Aspek dan Manfaat Ontologi Ilmu
BAB II
ONTOLOGI / METAFISIKA UMUM


1.      Pengertian Ontologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan mengalami dinamika dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan ilmu-ilmu yang lain, yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi suatu disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian itu ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori nilai (aksiologi).
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
-        Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat yang ada.
-        Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan Kenyataan yg asas, baik yang berbentuk jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.

2.      Bidang Kajian Ontologi
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M yang menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya, Christian Wolff (1679 – 1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi. Objek kajian ontologi adalah hakikat seluruh kenyataan. Yang nantinya, objek ini melahirkan pandangan-pandangan (point of view) / aliran-aliran pemikiran dalam kajian ontologi antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan Agnotisisme.

3.      Aliran-aliran Ontologi
A.    Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1). Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri sendiri. Anaximander (585-525 SM).  Dia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom. Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom inilah yang merupkan asal kejadian alam.
2). Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran sejati.
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.


B.     Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M).

C.     Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of  Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.

D.    Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis,  Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui,  Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh  modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), dengan pendapatnya bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Ia dilahirkan di Rocken di Prusia dari keluarga pendeta.

E.     Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown. A artinya not, Gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini seperti Filsafat Eksistensinya Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.

4.      ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
a.       Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b.      Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c.       Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d.      Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e.       Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
f.       Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g.      Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a.       Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b.      Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c.       Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan
d.      Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
e.       Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f.       Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja.


5.      MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
  1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
  2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.



BAB 3
PENUTUP


a.      KESIMPULAN
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat tentang segala sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang fatamorgana).
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh). Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat benda.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya menentukan pendapat dan kenyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. ( what’s being )





Powered by Blogger.